GEL
I.
TUJUAN
Mengetahui
langkah pembuatan gel dan kontrol kualitas sediaan gel meliputi organoleptis,
uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya proteksi, dan uji pH.
II.
DASAR
TEORI
Krim
Gel, kadang-kadang disebut Jeli, merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi
yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel
kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya Gel Aluminium
Hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi
relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma (misalnya Magma
Bentonit). Gel fase tungal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar
serba sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan
antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat
dari makromolekul sintetik (misalnya Karbomer) atau dari gom alam (misalnya Tragakan).
Sediaan tragakan disebut juga musilago. Walaupun gel-gel ini umumnya mengandung
air, etanol dan minyak dapat digunakan sebagai fase pembawa. Sebagai contoh,
minyak mineral dapat dikombinasi dengan resin polietilena untuk membentuk dasar
salep berminyak. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal
atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh. (Anonim, 2015)
Gel dapat
digunakan untuk obat yang diberikan secara topical atau dimasukkan dalam lubang
tubuh, contoh Voltaren Gel, Bioplacenton. Penyimpanan dalam wadah tertutup
baik, dalam bermulut lebar terlindung dari cahaya dan ditempat sejuk. (Seno
dkk, 2004)
Jeli adalah golongan gel di mana susunan matriksnya saling melengket
mengandung cairan dalam proporsi yang tinggi, biasanya air. Jelli untuk sediaan
farmasi umumnya dibuat dengan penambahan bahan-bahan yang mengental seperti
tragakan atau CMC pada larutan berair dari suatu bahan obat. Hasil akhir
biasanya jernih dan dengan konsistensi setengah padat yang rata. (Ansel, 1989)
Salep hidrogel sebagai salep tidak berlemak sangat cocok pada pemakaian
di kulit dengan fungsi kelenjar subaseus yang berlebihan (seboroiker). Setelah
kering akan meninggalkan lapisan tipis tembus pandang, elastis dengan daya
lekat tinggi, yang tidak menyumbat pori kulit, sehingga pernafasan kulit tidak
dipengaruhi dan mudah dicuci dengan air. Bahan obat dilepaskan dalam waktu
singkat dan nyaris sempurna dari pembawanya. Salep hidrogel selanjutnya
digunakan sebagai salep dingin dan salap pelindung kulit (Voigt, 1984).
Karbomer 934 (karbopol) dan poloxamer 407 (PF-127) sangat umum
digunakan sebagai basis pada produk kosmetik dan obat, hal ini dikarenakan
sifat stabilitas dan kompatibilitas keduanya yang tinggi sedangkan
toksisitasnya rendah (Lu and Jun, 1998). Karbopol dan poloxamer 407 merupakan
polimer sintetik sebagai pembentuk gel yang bersifat sangat higroskopis
(Sulaiman dan Kuswahyuning, 2008).
Adapun sifat fisik dari karbopol yaitu berbentuk serbuk halus putih,
sedikit berbau khas, higroskopis, memilki titik lebur pada 260ยบ C selama 30
menit dan berat jenis 1,76-2,08 g/cm³. Karbopol dapat larut dalam air, etanol
dan gliserin. Konsentrasi lazim karbopol sebagai gelling agent yaitu dengan
0,5-2% (Rowe et al., 2006). Menurut hasil penelitian Lu and Jun (1998),
karbopol konsentrasi 2% memiliki nilai difusi paling besar. Karbopol merupakan
basis gel yang pembentukan gelnya tergantung pada pH (Allen, 2002). Ionisasi
gugus karboksil dalam molekul karbopol pada pH 7 menghasilkan rantai polimer
tak bergulung dan membentuk gel yang kaku, yang dapat mempengaruhi difusi obat
dalam matriks polimer. Nilai difusi yang tinggi terjadi pada pH 5,1 akibat dari
penggulungan yang tidak selesai pada rantai polimer sehingga menghasilkan
jumlah air bebas yang meningkat dan kemudian meluas ke saluran air dalam gel
(Lu and Jun, 1998). Penambahan alkohol dapat menurunkan viskositas dan
kejernihan dari gel karbopol. Pengatasannya adalah dengan menambahkan sedikit
konsentrasi trietanolamin dan biasanya akan merubah pH gel tersebut (Allen,
2002).
Pembuatan gelnya yaitu dengan menambahkan sejumlah serbuk karbopol perlahan
ke dalam air dengan diaduk secara konstan dengan batang pengaduk. Setelah itu
campuran disimpan pada temperatur ruangan selama 24 jam, sejumlah kecil
trietalonamin 0,5% b/b ditambahkan dan dicampur sampai terbentuk gel (Barry and
Meyer, 1979 cit Lu and Jun, 1998).
Evaluasi terhadap sifat fisik dan sifat iritatif pada sediaan topikal
perlu dilakukan. Hal ini untuk menjamin bahwa sediaan memiliki efek
farmakologis yang baik dan tidak mengiritasi kulit ketika digunakan. Sifat fisik
sediaan mempengaruhi tercapainya efek farmakologis sesuai yang diharapkan.
Parameter pengujian sifat fisik salep antara lain uji daya sebar, daya lekat,
dan pH (Naibaho dkk., 2013).
Piroksikam. Pemerian Serbuk; hampir putih atau cokelat terang atau kuning
terang; tidak berbau. Bentuk monohidrat berwarna kuning. Kelarutan Sangat sukar
larut dalam air; dalam asam asam encer dan sebagian besar pelarut organik;
sukar larut dalam etanol dan dalam larutan alkali mengandung air. (Anonim, 2015)
III.
ALAT
DAN BAHAN
1.
Alat
:
Cawan petri
|
Timbangan digital
|
Kertas saring
|
Stopwatch
|
Pipet tetes
|
Anak timbangan 0,5 kg
|
Mortir dan stamper
|
Kertas lakmus
|
Objek glass
|
|
2.
Bahan
Piroksikam
|
Aquadest
|
Karbopol
|
Asam Stearat
|
Trietanolamin
|
Larutan KOH
|
Tween 80
|
Asam asetat glasial
|
TEA
|
|
IV.
CARA
KERJA
1.
Pembuatan
gel piroksikam
Digerus piroksikam
sampai halus
Dispersikan
karbopol ke dalam larutan asam asetat glasial 1 %
Diaduk sampai
terbentuk massa gel
Dicampur Tween
80 dalam 10 ml air hangat sampai homogen
Ditambah larutan
tween dalam massa gel sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai homogen
Dimasukkan
piroksikam dalam massa gel, homogenkan
Dicukupkan
dengan aquadest ad 20 g
Dilihat
evaluasi.
2.
Uji
organoleptis
Diamati
organoleptis dari gel meliputi bentuk, warna, bau dan tekstur.
Dicatat dalam
data pengamatan
3.
Uji
homogenitas
Diamati
homogenitas dari gel yang dioleskan pada onjek glass.
Dicatat dalam
data pengamatan
4.
Uji
daya sebar
Diambil 0,5 g gel
diletakkan pada tengah cawan petri
Ditimpakan pada
basis salep cawan petri lain yang telah ditimbang
Diamati diameter
gel yang menyebar setelah didiamkan selama 1 menit
Ditambah beban
sebanyak 50 g
Diamati diameter
gel yang menyebar setelah didiamkan selama 1 menit
Diulangi
prosedur tersebut sebanyak 3 kali
5.
Uji
daya proteksi
Disiapkan kertas
saring bersih dan dibasahi indikator PP
Diolesi dengan gel
Disiapkan kertas
saring lain yang telah dibatasi dengan parafin padat yang dicairkan
Ditutup kertas
saring bergel dengan kertas saring berparafin
Bagian kertas
saring berparafin ditetesi dengan KOH 0,1 N
Diamati lama waktu kertas bergel berwarna merah.
6.
Uji
pH
Disiapkan kertas
pH
Ditempelkan pada
basis gel
Diamati pH yang
diukur dengan kertas lakmus
V.
DATA
PENGAMATAN
1.
Formula
dan penimbangan
Bahan
|
Formula
|
Penimbangan
|
Piroksikam
|
0,50%
|
100 mg
|
Karbopol
|
2%
|
400 mg
|
Tween 80
|
5%
|
1 g
|
TEA
|
0,10%
|
20 mg
|
Aquadest
|
ad 20 g
|
ad 20 g
|
2.
Uji
Organoleptis
Organoleptis
|
Hasil
|
|
Bentuk
|
Setengah padat
|
|
Warna
|
Tidak berwarna/ bening
|
|
Bau
|
Harum
|
|
Tekstur
|
Lembut dan lengket
|
3.
Uji
homogenitas
Syarat
|
Hasil
|
Kesimpulan
|
Susunan homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar
|
Susunan tidak homogen dan terlihat adanya butiran kasar
|
Tidak memenuhi syarat
|
4.
Uji
pH
Kertas lakmus
|
Hasil
|
Keterangan
|
Kertas merah
|
Merah
|
Bersifat asam
|
Kertas biru
|
Merah
|
5.
Uji
daya sebar
Beban
|
Diameter
|
cawan petri 35,979 g
|
4.10 cm
|
+ 50 g
|
4.31 cm
|
+ 100 g
|
4.45 cm
|
+ 150 g
|
4.61 cm
|
+ 200 g
|
4.85 cm
|
6.
Uji
daya proteksi
Basis
|
Waktu
|
Keterangan
|
Gel
|
Lebih dari 5 menit
|
Baik
|
VI.
PEMBAHASAN
Krim Gel,
kadang-kadang disebut Jeli, merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi
yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar,
terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel memiliki penampilan yang menarik berupa
semipadat dengan knsistensi yang lembut, umumnya bening dan dapat membentuk
lapisan pelindung yang transparan.
Gel dapat dibuat
dari karbopol yang didispersikan dalam air. Karena kerja pembentukan gel
karbopol dipengaruhi pH penambahan asam asetat glasial 1 % untuk mempertahankan
pH agar sedikit asam. Karena nilai difusi yang tinggi terjadi pada pH 5,1 akibat
dari penggulungan yang tidak selesai pada rantai polimer sehingga menghasilkan
jumlah air bebas yang meningkat dan kemudian meluas ke saluran air dalam gel. Penambahan
Tween 80 dan TEA sebagai surfaktan untuk membantu dispersi dari Piroksikam yang
tidak larut dalam air. Piroksikam yang ditambhakan harus benar-benar halus agar
lebih homogen dan merata ukuran partikelnya.
Evaluasi
terhadap sifat fisik pada sediaan topikal perlu dilakukan. Hal ini untuk
menjamin bahwa sediaan memiliki efek farmakologis yang baik dan tidak
mengiritasi kulit ketika digunakan. Sifat fisik sediaan mempengaruhi
tercapainya efek farmakologis sesuai yang diharapkan. Parameter pengujian sifat
fisik gel antara lain uji organoleptis, uji homogenitas, uji daya sebar, uji
daya proteksi, dan uji pH.
Pengamatan organoleptis dari sediaan dilakukan
dengan mengamati bentuk, warna, bau dan tekstur sediaan. Formulasi gel di atas
memiliki organoleptis yang dapat diterima yaitu berbentuk setengah padat, tidak
berwarna atau bening, berbau harum dan
bertekstur lembut dan lengket.
Pemeriksaan
homogenitas dilakukan dengan kaca objek. Pengujian dilakukan dengan cara
mengoleskan sejumlah gel pada permukaan objek glass kemudian ditutup dengan
objek glass lain. Suatu sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan
tidak terlihat butiran kasar. Gel pada percobaan kali ini tidak memenuhi syarat
karena tidak homogen dan ditemukan partikel kasar.
Pengujian sifat
fisik selanjutnya adalah pengujian pH. Pengujian pH dilakukan untuk melihat pH gel
apakah berada pada rentang pH normal kulit yaitu 4,5 – 7. Jika pH terlalu basa
dapat mengakibatkan kulit kering, sedangkan jika pH kulit terlalu asam dapat
memicu terjadinya iritasi kulit. Dalam praktikum alat bantu yang digunakan
adalah kertas lakmus merah dan biru sehingga kesimpulan yang diambil adalah gel
bersifat asam atau basa bukan dalam bentuk angka pH. Dari hasil uji formulasi
bersifat asam.
Uji daya sebar
pada gel dilakukan untuk melihat kemampuan sediaan menyebar pada kulit, dimana
suatu basis gel sebaiknya memiliki daya sebar yang baik untuk menjamin
pemberian bahan obat yang baik. Hasil uji menunjukkan bahwa peningkatan beban
akan memperluas daya sebar sehingga luas area penyebaran gel meningkat. Daya
sebar dari gel dapat dilihat pada grafik berikut :
Pengujian Daya
Proteksi gel dilakukan untuk mengetahui kemampuan gel untuk melindungi kulit
dari pengaruh luar seperti asam, basa, debu, polusi dan sinar matahari.
Pengujian daya proteksi gel dilakukan dengan KOH 0,1 N. Pada pengujian daya
proteksi menggunakan KOH 0,1 N yang bersifat basa kuat dimana KOH 0,1 N
mewakili zat yang dapat mempengaruhi efektivitas kerja gel terhadap kulit KOH
0,1 N akan bereaksi dengan phenoftalein yang akan membentuk warna merah muda,
yang berarti gel tidak mampu memberikan proteksi terhadap pengaruh luar,
sediaan gel yang baik seharusnya mampu memberikan proteksi terhadap semua
pengaruh luar yang ditandai dengan tidak munculnya noda merah pada kertas
saring yang ditetesi dengan KOH 0,1 N dapat mempengaruhi efektifitas gel
tersebut terhadap kulit. Dari hasil percobaan perlindungan dari Formula gel di
atas lebih dari 5 menit maka dapat disimpulkan gel memiliki daya proteksi yang
baik. Efek proteksi dari gel terjadi karena terbentuknya lapisan tipis ketika
gel mengering
.
VII.
KESIMPULAN
1.
Gel
dapat dibuat dari gelling agent contohnya karbopol yang didispersikan dalam
larutan asam asetat glasial 1 % dalam air.
2.
Evaluasi
terhadap sifat fisik pada sediaan topikal perlu dilakukan. Hal ini untuk
menjamin bahwa sediaan memiliki efek farmakologis yang baik.
3.
Parameter
pengujian sifat fisik gel antara lain uji homogenitas, uji organoleptis, uji
pH, uji daya sebar, dan uji daya proteksi.
4.
Formula
krim memiliki organoleptis yang dapat diterima yaitu berbentuk berbentuk
setengah padat, berwarna putih, berbau harum dan bertekstur lembut dan lengket.
5.
Formula
gel memiliki homogenitas yang tidak memenuhi syarat.
6.
pH
gel yang diukur bersifat asam.
7.
Formulasi
gel daya sebarnya cukup luas dengan daya sebar terbesar dengan beban cawan dan
anak timbang 200 g adalah 4,85cm.
8.
Perlindungan
dari gel bersifat baik yaitu lebih dari 5 menit.
VIII.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Anonim. 2004. Ilmu Resep Teori
jilid III. Pusdinakes Departemen
Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta
2.
Anonim.2015.
Farmakope Indonesia Edisi V.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
3.
Ansel.(1989). Pengantar Bentuk
SediaanFarmasi. Edisi IV. Universitas Indonesia Press :
Jakarta.
4.
Mukhlishah, N.R.I., Sugihartini, N., Yuwono, Tedjo,. 2016. Daya
Iritasi dan Sifat Fisik Sediaan Salep Minyak Atsiri Bunga Cengkeh ( Syzigium
aromaticum) pada Basis Hidrokarbon. Majalah Farmaseutik, Vol. 12 No. 1
Tahun 2016-UAD
5.
Naibaho,
D.H., Yamkan, V,Y., Weni, Wiyono,. 2013.
Pengaruh Basis Salep Terhadap Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Kemangi
(Ocinum sanchum L.) pada Kulit Punggung Kelinci yang dibuat Infeksi
Staphylococcus aureus. Jurnal ilmiah Farmasi – UNSRAT.
6.
Rahmawati,
F.,Yetti. Uji Kontrol Kualitas Sediaan
Salep Getah Pepaya (Carica papaya) menggunakan Basis Hidrokarbon. Prodi D3
Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten.
IX.
LAMPIRAN
1.
Hasil
Praktikum
2.
Gambar
alat
No
|
Gambar
|
Nama dan Fungsi
|
1.
|
|
Timbangan
digital
Untuk menimbang bahan
|
2
|
|
Mortir dan stamper
Untuk
menghaluskan dan mencampur bahan
|
3
|
|
Cawan petri
Untuk uji daya
sebar
|
4
|
|
Anak timbangan
Membantu uji
daya sebar
|
5
|
|
Beker glass
Untuk mengukur cairan
|