Senin, 28 November 2016

TEKNOLOGI FARMASI SUPPOSITORIA



I.                   TUJUAN
Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa :
1.      Mengetahui cara pembuatan suppositoria
2.      Mengetahui sifat suppositoria yang baik
3.      Mengetahui pengujian pada produk suppositoria

II.                DASAR TEORI
Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar supositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol. (Anonim, 2015)
Supositoria Lemak Coklat Supositoria dengan bahan dasar lemak coklat dapat dibuat dengan mencampur bahan obat yang dihaluskan ke dalam minyak padat pada suhu kamar dan massa yang dihasilkan dibuat dalam bentuk sesuai, atau dibuat dengan minyak dalam keadaan lebur dan membiarkan suspensi yang dihasilkan menjadi dingin di dalam cetakan. (Anonim, 2015)
Supositoria rektal Supsitoria rektal untuk dewasa berbentuk lonjong pada satu atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot lebih kurang 2 g. (Anonim, 2015)
Keuntungan penggunaan obat (Anonim, 2015) dalam Suppositoria dibanding  peroral, yaitu
a.       Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.
b.      Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzym pencernaan dan asam lambung.
c.       Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah sehingga obat dapat berefek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral.
d.      Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.
Faktor fisika-kimia dari obat dan basis (Anonim, 2015) :
a.           Kelarutan obat : Obat yang mudah larut dalam lemak akan lebih cepat terabsorpsi dari pada obat yang larut dalam air.
b.           Kadar obat dalam basis : bila kadar obat naik maka absorpsi obat  makin cepat.
c.           Ukuran partikel : ukuran partikel obat akan mempengaruhi kecepatan larut dari obat ke cairan rektal.     
d.          Basis Suppositoria : Obat  yang larut  dalam air dan berada  dalam basis lemak  dilepas segera ke cairan rektal bila basis cepat  melepas setelah masuk ke dalam rektum, dan obat akan segera diabsorpsi dan aksi kerja awal obat akan segera nyata. Obat yang larut dalam air dan berada dalam basis larut dalam air, aksi kerja awal dari obat akan segera nyata bila basis tadi segera larut dalam air.
        Pada pengisian massa suppositoria ke dalam cetakan, lemak coklat cepat membeku dan pada pendinginan terjadi susut volume hingga terjadi lubang di atas masa, maka pada pencetakan harus diisi lebih, baru setelah dingin kelebihannya dipotong. (Anief, 1989)
        Untuk meningkatkan titik lebur lemak coklat digunakan tambahan Cera Flava tidak boleh dari 6 % sebab akan membuat campuran mempunyai titik lebur di atas 37 o C dan tidak kurang dari 4 % karena titik lebur campuran akan lebih rendah dari titik lebur lemak coklat yaitu 33 o C. Penambahan cera flava juga dapat menaikkan daya serap lemak coklat terhadap air. (Anief, 1989)
        Nilai tukar dimaksudkan untuk mengetahui berat lemak coklat yang mempunyai besar volume yang sama dengan 1 g obat. Bila pengisian suppositoria mengandung jumlah zat padat yang banyak, maka pengisian cetakan berkurang, dan apabila dipenuhi dengan campuran masa, maka akan diperoleh jumlah obat yang melebihi dosis. Maka untuk membuat suppositoria yang sesuai dilakukan dengan hitungan nilai tukar. (Anief, 1989)
        Suppositoria dibuat dengan 3 metode yaitu mencetak metode leburan, kompresi, atau digulung dan dibentuk dengan tangan. Metode yang sering digunakan pada pembuatan suppositoria baik dalam skala kecil maupun skala industri dengan adalah dengan pencetakan. Pada dasarnya langkah dalam metode pencetakan termasuk : a. melebur basis, mencampurkan bahan obat yang diinginkan, c. menuang hasil leburan ke dalam cetakan, d. membiarkan leburan menjadi dan mengental menjadi dingin dan mengental menjadi suppositoria dan e. melepaskan suppositoria dari cetakan. ( Ansel, 1989)
III.             ALAT DAN BAHAN
Alat    :
Cawan porselen
Timbangan 1 kg


Timbangan digital
Timbangan 2 kg


Waterbath
Termometer


Mortir dan stamper
Batang pengaduk


Pencetak suppositoria










Bahan :
Asetosal



Cera Flava



Oleum Cacao



Sediaan Supositoria jadi












IV.             CARA KERJA
a. Pembuatan Supositoria
Ditimbang bahan -bahan dan disiapkan cetakan yang telah diolesi gliserin











Dilelehkan oleum cacao dan cera flava di atas waterbath








 


Dihaluskan asetosal dengan bantuan alkohol 96 %


 


Dinginkan lelehan basis sampai agak mengental


 


Dicampurkan asetosal ke dalam basis di aduk sampai homogen.


 


Dimasukkan ke dalam cetakan tunggu sampai dingin dan membeku


e.       Evaluasi suppositoria
a.       Keseragaman sediaan.


 
Ditimbang 3 suppositoria buatan sendiri dan sediaan jadi.








 


Ditimbang suppositoria satu per satu



 
Dihitung bobot rata-rata dan dicari harga CV

b.      Uji kerapuhan


 
Disiapkan suppositoria








 


Disiapkan anak timbangan 1 kg dan 2 kg



 
Ditimpakan dengan bantuan cawan petri, anak timbangan di atas suppositoria








 


Dicatat waktu suppositoria hancur oleh masing- masing berat anak timbangan

c.       Uji Organoleptis


 
Disiapkan suppositoria








 


Diamati organoleptis berupa warna, bau dan bentuk.



 
Dicatat organoleptis dari suppositoria

d.      Uji Homogenitas.


 
Disiapkan suppositoria








 


Dibelah supositoria secara melintang



 
Diamati dan dicatat homogenitasnya

e.       Uji waktu hancur


 
Disiapkan alat uji waktu hancur


 


Diatur suhu pada 37 o C


 


Dimasukkan suppositoria ke dalam alat

Dicatat waktu supositoria mulai melebur hingga meleleh sempurna









V.                DATA PENGAMATAN
1.      Penimbangan bahan









2. Uji keseragaman bobot





3. Kerapuhan supositoria

4. Organoleptis

5. Homogenitas


6. Uji waktu lebur


VI.              PEMBAHASAN
Suppositoria adalah suatu bentuk sediaan semipadat yang pemakaiannya dengan cara dimasukkan melalui lubang atau celah pada tubuh, dimana ia akan melebur, melunak atau melarut dan memberikan efek lokal atau sistemik.
Kontrol kualitas formulasi sediaan suppositoria untuk menjamin tiap lot suppositoria yang dibuat, secara tetap memenuhi standar yang ditetapkan selama pembuatan lot eksperimen awal. Suppositoria akhir secara rutin diperiksa penampilannya, setelah dipotong memanjang, untuk keseragaman campuran tersebut. Suppositoria tersebut diuji bahan-bahan aktifnya untuk menjamin bahwa masing-masing suppositoria isinya sesuai dengan apa yang disebutkan pada etiket. Kontrol kualitas sediaan suppositoria antara lain uji kisaran leleh, uji pencairan atau waktu melunak, uji kehancuran, uji ukuran partikel atau penghabluran, uji distribusi bahan obat dan uji disolusi. Dalam praktikum kontrol sediaan yang diuji adalah Uji keseragaman bobot, organoleptis, uji kerapuhan, homgenitas dan uji waktu lebur.
Keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui apakah bobot tiap sediaan sudah sama atau belum, jika belum maka perlu dicatat. Keseragaman bobot akan mempengaruhi terhadap kemurnian suatu sediaan karena dikhawatirkan zat lain yang ikut tercampur. Caranya dengan ditimbang saksama masing-masing 3 suppositoria sediaan jadi dan dibuat sendiri, satu persatu kemudian dihitung berat rata-ratanya. Keseragaman bobot dilakukan untuk mengetahui keseragaman kandungan yang terdapat dalam masing-masing suppositoria tersebut sama dan dapat memberikan efek terapi yang sama pula. Dari hasil perhitungan diperoleh koefisien variasi dari suppositoria sediaan jadi adalah 5,03 % dan suppositoria buatan sendiri 3,52 %.. Menurut Farmakope simpangan baku relatif atau CV yang dapat diterima adalah kurang dari atau sama dengan 6,0 % sehingga dapat disimpulkan kedua suppositoria memenuhi syarat. Semakin kecil kofisien variasi maka semakin kecil pula perbedaan bobot tiap suppositoria. Beberapa faktor yang mempengaruhi variasi dalam penimbangan bobot antara lain kondisi penimbangan dan bahan yang ditimbang. Saat praktikum kondisi dari suppositoria sediaan jadi sudah rusak dan permukaan lembek karena disimpan pada suhu ruangan yang panas.
Supositoria sebaiknya jangan terlalu lembek maupun terlalu keras yang menjadikannya sukar meleleh. Untuk uji kerapuhan dapat digunakan uji elastisitas. Supositoria dipotong horizontal. Kemudian diberi beban seberat 1 kg dan 2 kg pada suatu permukaan datar dan dimana suppositoria rusak adalah titik hancurnya, atau gaya yang menentukan karakteristik kekerasan dan kerapuhan suppositoria tersebut. Suppositoria dangan bentuk-bentuk yang berbeda mempunyai titik hancur yang berbesa pula. Titik hancur yang dikehendaki dari masing-masing bentuk suppositoria yang beranekaragam ini ditetapkan sebagai level yang menahan kekuatan (gaya) hancur yang disebabkan oleh berbagai tipe penanganan, yakni produksi, pemgemasan, pengiriman dan pengangkutan dalam penggunaan untuk pasien. Pada suppositoria sediaan jadi dengan beban 1 kg hancur dalam waktu 1 detik sedangkan dengan beban 2 kg hancur dalam waktu 0,5 detik. Dapat dinyatakan suppositoria ini mudah hancur. Untuik suppositoria buatan sendiri dengan beban 1 kg hancur dalam waktu 63 detik sedangkan dengan beban 2 kg hancur dalam waktu 11 detik. Dapat dinyatakan suppositoria ini bentuknya kompak.
Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahan aktif dapat tercampur rata dengan bahan dasar suppo atau tidak, jika tidak dapat tercampur maka akan mempengaruhi proses absorbsi dalam tubuh. Obat yang terlepas akan memberikan terapi yang berbeda. Cara menguji homogenitas yaitu dengan cara membelah suppositoria dalam posisi melintang dan diamati homogenitas warna secara visual. Dari hasil pengamatan kedua jenis suppositoria dinyatakan homogen.
Bentuk suppositoria juga perlu diperhatikan karena jika dari bentuknya tidak seperti sediaan suppositoria pada umummya, maka seseorang yang tidak tahu akan mengira bahwa sediaan tersebut bukanlah obat. Untuk itu, bentuk juga sangat mendukung karena akan memberikan keyakinan pada pasien bahwa sediaa tersebut adalah suppositoria. Selain itu, suppositoria merupakan sediaan padat yang mempunyai bentuk torpedo. Penampialn suppositoria termasuk bau, warna, kondisi permukaan dan bentuk. Ini merupakan kontrol organoleptik. Suppositoria sediaan jadi memiliki organoleptis berwarna ungu, berbau agak tengik, dan berbentuk menyerupai peluru dan teksturnya keras. Mungkin suppsitoria disimpan di tempat yang tidak sesuai sehingga timbul bau tengik. Suppositoria buatan sendiri memiliki warna putih gading, bau aroma coklat dan bentuk menyerupai peluru dan teksturnya keras.
Uji waktu lebur dilakukan sebagai simulasi untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan sediaan supositoria yang dibuat melebur dalam tubuh. Dilakukan dengan cara menyiapkan waterbath dan cawan yang diatur suhunya dengan suhu ±37°C. Kemudian dimasukkan supositoria ke dalam cawan dan diamati waktu leburnya. Suppositoria dinyatakan hancur sempurna bila berlarut sempurna atau terdispersi menjadi komponennya atau menjadi lunak  dan tidak memiliki inti berbentuk padat. Menurut Farmakope waktu yang diperlukan untuk menghancurkan suppositoria dengan basis lemak kecuali dinyatakan lain adalah 30 menit.. Untuk suppositoria sediaan jadi mulai meleleh dalam waktu 3 detik dan melebur sempurna dalam waktu 1 menit 57 detik sehingga dinyatakan memenuhi syarat. Untuk suppositoria buatan sendiri mulai meleleh dalam waktu 16 detik dan meleleh sempurna selama 5 menit 8 detik sehingga dinyatakan memenuhi syarat.
MAX
 
VII.          KESIMPULAN
1.      Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Tablet terdiri dari zat aktif dan zat tambahan yang dapat berupa bahan pengisi, bahan penghancur, bahan pengikat, bahan pelincir dan bahan tambahan lain yang diperbolehkan.
2.      Suppositoria dapat dibuat dengan pencetakan, kempa maupun dibentuk dengan tangan.
3.      Kontrol kualitas sediaan suppositoria antara lain uji kisaran leleh, uji pencairan atau waktu melunak, uji kehancuran, uji ukuran partikel atau penghabluran, uji distribusi bahan obat, homogenitas, organoleptis, uji kerapuhan dan uji disolusi.
4.      Koefisien variasi dari suppositoria sediaan jadi adalah 5,03 % dan suppositoria buatan sendiri 3,52 %. Karena koefisien variasi kurang dari 6,0 % sehingga dapat disimpulkan kedua suppositoria memenuhi syarat.
5.      Suppositoria sediaan jadi dengan beban 1 kg hancur dalam waktu 1 detik sedangkan dengan beban 2 kg hancur dalam waktu 0,5 detik. Dapat dinyatakan suppositoria ini mudah hancur. Untuik suppositoria buatan sendiri dengan beban 1 kg hancur dalam waktu 63 detik sedangkan dengan beban 2 kg hancur dalam waktu 11 detik. Dapat dinyatakan suppositoria ini bentuknya kompak.
6.      Cara menguji homogenitas yaitu dengan cara membelah suppositoria dalam posisi melintang dan diamati homogenitas warna secara visual. Dari hasil pengamatan kedua jenis suppositoria dinyatakan homogen
7.      Organoleptis sediaan suppositoria jadi kurang baik karena berbau tengik sedangkan suppositoria buatan sendiri organoleptisnya baik.
8.      Untuk suppositoria sediaan jadi mulai meleleh dalam waktu 3 detik dan melebur sempurna dalam waktu 1 menit 57 detik sehingga dinyatakan memenuhi syarat. Untuk suppositoria buatan sendiri mulai meleleh dalam waktu 16 detik dan meleleh sempurna selama 5 menit 8 detik sehingga dinyatakan memenuhi syarat.
VIII.       DAFTAR PUSTAKA
1.      Anief, M. (2000).Ilmu Meracik Obat. Cetakan ke-9.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
2.      Anonim, 2004, Ilmu Resep Teori jilid III, Pusdinakes  Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta
3.      Ansel.(1989). Pengantar Bentuk SediaanFarmasi. Edisi IV. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
4.      Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). FarmakopeIndonesia.Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.






Daftar alat
No
Gambar
Nama dan Fungsi
1.
Timbangan digital
Untuk menimbang bahan

2
Mortir dan stamper
Untuk menghaluskan dan mencampur bahan
3
Cetakan suppositoria
Untuk tempat membentuk suppositoria
4
Termometer
Mengukur suhu saat uji waktu hancur
5
Water bath
Sebagai sumber panas
6
Alat untuk menguji waktu  leleh suppositoria

7
Cawan porselen
Tempat memenaskan basis dan membantu uji waktu leleh
Suppositoria sediaan jadi








Suppositoria buatan sendiri