Minggu, 18 Desember 2016

TEKFAR GEL


GEL

I.                   TUJUAN

Mengetahui langkah pembuatan gel dan kontrol kualitas sediaan gel meliputi organoleptis, uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya proteksi, dan uji pH.

II.                DASAR TEORI

Krim Gel, kadang-kadang disebut Jeli, merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase (misalnya Gel Aluminium Hidroksida). Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, massa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma (misalnya Magma Bentonit). Gel fase tungal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik (misalnya Karbomer) atau dari gom alam (misalnya Tragakan). Sediaan tragakan disebut juga musilago. Walaupun gel-gel ini umumnya mengandung air, etanol dan minyak dapat digunakan sebagai fase pembawa. Sebagai contoh, minyak mineral dapat dikombinasi dengan resin polietilena untuk membentuk dasar salep berminyak. Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topikal atau dimasukkan ke dalam lubang tubuh. (Anonim, 2015)

Gel dapat digunakan untuk obat yang diberikan secara topical atau dimasukkan dalam lubang tubuh, contoh Voltaren Gel, Bioplacenton. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, dalam bermulut lebar terlindung dari cahaya dan ditempat sejuk. (Seno dkk, 2004)

Jeli adalah golongan gel di mana susunan matriksnya saling melengket mengandung cairan dalam proporsi yang tinggi, biasanya air. Jelli untuk sediaan farmasi umumnya dibuat dengan penambahan bahan-bahan yang mengental seperti tragakan atau CMC pada larutan berair dari suatu bahan obat. Hasil akhir biasanya jernih dan dengan konsistensi setengah padat yang rata. (Ansel, 1989)

Salep hidrogel sebagai salep tidak berlemak sangat cocok pada pemakaian di kulit dengan fungsi kelenjar subaseus yang berlebihan (seboroiker). Setelah kering akan meninggalkan lapisan tipis tembus pandang, elastis dengan daya lekat tinggi, yang tidak menyumbat pori kulit, sehingga pernafasan kulit tidak dipengaruhi dan mudah dicuci dengan air. Bahan obat dilepaskan dalam waktu singkat dan nyaris sempurna dari pembawanya. Salep hidrogel selanjutnya digunakan sebagai salep dingin dan salap pelindung kulit (Voigt, 1984).

Karbomer 934 (karbopol) dan poloxamer 407 (PF-127) sangat umum digunakan sebagai basis pada produk kosmetik dan obat, hal ini dikarenakan sifat stabilitas dan kompatibilitas keduanya yang tinggi sedangkan toksisitasnya rendah (Lu and Jun, 1998). Karbopol dan poloxamer 407 merupakan polimer sintetik sebagai pembentuk gel yang bersifat sangat higroskopis (Sulaiman dan Kuswahyuning, 2008).

Adapun sifat fisik dari karbopol yaitu berbentuk serbuk halus putih, sedikit berbau khas, higroskopis, memilki titik lebur pada 260ยบ C selama 30 menit dan berat jenis 1,76-2,08 g/cm³. Karbopol dapat larut dalam air, etanol dan gliserin. Konsentrasi lazim karbopol sebagai gelling agent yaitu dengan 0,5-2% (Rowe et al., 2006). Menurut hasil penelitian Lu and Jun (1998), karbopol konsentrasi 2% memiliki nilai difusi paling besar. Karbopol merupakan basis gel yang pembentukan gelnya tergantung pada pH (Allen, 2002). Ionisasi gugus karboksil dalam molekul karbopol pada pH 7 menghasilkan rantai polimer tak bergulung dan membentuk gel yang kaku, yang dapat mempengaruhi difusi obat dalam matriks polimer. Nilai difusi yang tinggi terjadi pada pH 5,1 akibat dari penggulungan yang tidak selesai pada rantai polimer sehingga menghasilkan jumlah air bebas yang meningkat dan kemudian meluas ke saluran air dalam gel (Lu and Jun, 1998). Penambahan alkohol dapat menurunkan viskositas dan kejernihan dari gel karbopol. Pengatasannya adalah dengan menambahkan sedikit konsentrasi trietanolamin dan biasanya akan merubah pH gel tersebut (Allen, 2002).

Pembuatan gelnya yaitu dengan menambahkan sejumlah serbuk karbopol perlahan ke dalam air dengan diaduk secara konstan dengan batang pengaduk. Setelah itu campuran disimpan pada temperatur ruangan selama 24 jam, sejumlah kecil trietalonamin 0,5% b/b ditambahkan dan dicampur sampai terbentuk gel (Barry and Meyer, 1979 cit Lu and Jun, 1998).

Evaluasi terhadap sifat fisik dan sifat iritatif pada sediaan topikal perlu dilakukan. Hal ini untuk menjamin bahwa sediaan memiliki efek farmakologis yang baik dan tidak mengiritasi kulit ketika digunakan. Sifat fisik sediaan mempengaruhi tercapainya efek farmakologis sesuai yang diharapkan. Parameter pengujian sifat fisik salep antara lain uji daya sebar, daya lekat, dan pH (Naibaho dkk., 2013).

Piroksikam. Pemerian Serbuk; hampir putih atau cokelat terang atau kuning terang; tidak berbau. Bentuk monohidrat berwarna kuning. Kelarutan Sangat sukar larut dalam air; dalam asam asam encer dan sebagian besar pelarut organik; sukar larut dalam etanol dan dalam larutan alkali mengandung  air. (Anonim, 2015)

 

III.             ALAT DAN BAHAN

1.      Alat :

Cawan petri
Timbangan digital
Kertas saring
Stopwatch
Pipet tetes
Anak timbangan 0,5 kg
Mortir dan stamper
Kertas lakmus
Objek glass
 

2.      Bahan

Piroksikam
Aquadest
Karbopol
Asam Stearat
Trietanolamin
Larutan KOH
Tween 80
Asam asetat glasial
TEA
 

 

IV.             CARA KERJA

1.      Pembuatan gel piroksikam

Digerus piroksikam sampai halus

 

Dispersikan karbopol ke dalam larutan asam asetat glasial 1 %

 

Diaduk sampai terbentuk massa gel

 

Dicampur Tween 80 dalam 10 ml air hangat sampai homogen

 

Ditambah larutan tween dalam massa gel sedikit demi sedikit sambil diaduk sampai homogen

 

Dimasukkan piroksikam dalam massa gel, homogenkan

 

Dicukupkan dengan aquadest ad 20 g

 

Dilihat evaluasi.

2.      Uji organoleptis

Diamati organoleptis dari gel meliputi bentuk, warna, bau dan tekstur.

 

Dicatat dalam data pengamatan

3.      Uji homogenitas

Diamati homogenitas dari gel yang dioleskan pada onjek glass.

 

Dicatat dalam data pengamatan

4.      Uji daya sebar

Diambil 0,5 g gel diletakkan pada tengah cawan petri

 

Ditimpakan pada basis salep cawan petri lain yang telah ditimbang

 

Diamati diameter gel yang menyebar setelah didiamkan selama 1 menit

 

Ditambah beban sebanyak 50 g

 

Diamati diameter gel yang menyebar setelah didiamkan selama 1 menit

 

Diulangi prosedur tersebut sebanyak 3 kali

 

 

 

 

 

 

5.      Uji daya proteksi

Disiapkan kertas saring bersih dan dibasahi indikator PP

 

Diolesi dengan gel

 

Disiapkan kertas saring lain yang telah dibatasi dengan parafin padat yang dicairkan

 

Ditutup kertas saring bergel dengan kertas saring berparafin

 

Bagian kertas saring berparafin ditetesi dengan KOH 0,1 N

 

Diamati  lama waktu kertas bergel berwarna merah.

6.      Uji pH

Disiapkan kertas pH

 

Ditempelkan pada basis gel

 

Diamati pH yang diukur dengan kertas lakmus

 

V.                DATA PENGAMATAN

1.      Formula dan penimbangan

Bahan
Formula
Penimbangan
Piroksikam
0,50%
100 mg
Karbopol
2%
400 mg
Tween 80
5%
1 g
TEA
0,10%
20 mg
Aquadest
ad 20 g
ad 20 g

 

2.      Uji Organoleptis

Organoleptis
Hasil
 
Bentuk
Setengah padat
Warna
Tidak berwarna/ bening
Bau
Harum
Tekstur
Lembut dan lengket

 

3.      Uji homogenitas

Syarat
Hasil
Kesimpulan
Susunan homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar
Susunan tidak homogen dan terlihat adanya butiran kasar
Tidak memenuhi syarat

 

4.      Uji pH

Kertas lakmus
Hasil
Keterangan
Kertas merah
Merah
Bersifat asam
Kertas biru
Merah

 

 

5.      Uji daya sebar

Beban
Diameter
cawan petri  35,979 g
4.10 cm
+ 50 g
4.31 cm
+ 100 g
4.45 cm
+ 150 g
4.61 cm
+ 200 g
4.85 cm

 

 

6.      Uji daya proteksi

Basis
Waktu
Keterangan
Gel
Lebih dari 5 menit
Baik

 

VI.             PEMBAHASAN

Krim Gel, kadang-kadang disebut Jeli, merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Gel memiliki penampilan yang menarik berupa semipadat dengan knsistensi yang lembut, umumnya bening dan dapat membentuk lapisan pelindung yang transparan. 

Gel dapat dibuat dari karbopol yang didispersikan dalam air. Karena kerja pembentukan gel karbopol dipengaruhi pH penambahan asam asetat glasial 1 % untuk mempertahankan pH agar sedikit asam. Karena nilai difusi yang tinggi terjadi pada pH 5,1 akibat dari penggulungan yang tidak selesai pada rantai polimer sehingga menghasilkan jumlah air bebas yang meningkat dan kemudian meluas ke saluran air dalam gel. Penambahan Tween 80 dan TEA sebagai surfaktan untuk membantu dispersi dari Piroksikam yang tidak larut dalam air. Piroksikam yang ditambhakan harus benar-benar halus agar lebih homogen dan merata ukuran partikelnya.

Evaluasi terhadap sifat fisik pada sediaan topikal perlu dilakukan. Hal ini untuk menjamin bahwa sediaan memiliki efek farmakologis yang baik dan tidak mengiritasi kulit ketika digunakan. Sifat fisik sediaan mempengaruhi tercapainya efek farmakologis sesuai yang diharapkan. Parameter pengujian sifat fisik gel antara lain uji organoleptis, uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya proteksi, dan uji pH.

 Pengamatan organoleptis dari sediaan dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, bau dan tekstur sediaan. Formulasi gel di atas memiliki organoleptis yang dapat diterima yaitu berbentuk setengah padat, tidak berwarna atau bening, berbau harum  dan bertekstur lembut dan lengket.

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan kaca objek. Pengujian dilakukan dengan cara mengoleskan sejumlah gel pada permukaan objek glass kemudian ditutup dengan objek glass lain. Suatu sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat butiran kasar. Gel pada percobaan kali ini tidak memenuhi syarat karena tidak homogen dan ditemukan partikel kasar.

Pengujian sifat fisik selanjutnya adalah pengujian pH. Pengujian pH dilakukan untuk melihat pH gel apakah berada pada rentang pH normal kulit yaitu 4,5 – 7. Jika pH terlalu basa dapat mengakibatkan kulit kering, sedangkan jika pH kulit terlalu asam dapat memicu terjadinya iritasi kulit. Dalam praktikum alat bantu yang digunakan adalah kertas lakmus merah dan biru sehingga kesimpulan yang diambil adalah gel bersifat asam atau basa bukan dalam bentuk angka pH. Dari hasil uji formulasi bersifat asam.

Uji daya sebar pada gel dilakukan untuk melihat kemampuan sediaan menyebar pada kulit, dimana suatu basis gel sebaiknya memiliki daya sebar yang baik untuk menjamin pemberian bahan obat yang baik. Hasil uji menunjukkan bahwa peningkatan beban akan memperluas daya sebar sehingga luas area penyebaran gel meningkat. Daya sebar dari gel dapat dilihat pada grafik berikut :


 

Pengujian Daya Proteksi gel dilakukan untuk mengetahui kemampuan gel untuk melindungi kulit dari pengaruh luar seperti asam, basa, debu, polusi dan sinar matahari. Pengujian daya proteksi gel dilakukan dengan KOH 0,1 N. Pada pengujian daya proteksi menggunakan KOH 0,1 N yang bersifat basa kuat dimana KOH 0,1 N mewakili zat yang dapat mempengaruhi efektivitas kerja gel terhadap kulit KOH 0,1 N akan bereaksi dengan phenoftalein yang akan membentuk warna merah muda, yang berarti gel tidak mampu memberikan proteksi terhadap pengaruh luar, sediaan gel yang baik seharusnya mampu memberikan proteksi terhadap semua pengaruh luar yang ditandai dengan tidak munculnya noda merah pada kertas saring yang ditetesi dengan KOH 0,1 N dapat mempengaruhi efektifitas gel tersebut terhadap kulit. Dari hasil percobaan perlindungan dari Formula gel di atas lebih dari 5 menit maka dapat disimpulkan gel memiliki daya proteksi yang baik. Efek proteksi dari gel terjadi karena terbentuknya lapisan tipis ketika gel mengering

.

 

VII.          KESIMPULAN

1.      Gel dapat dibuat dari gelling agent contohnya karbopol yang didispersikan dalam larutan asam asetat glasial 1 % dalam air.

2.      Evaluasi terhadap sifat fisik pada sediaan topikal perlu dilakukan. Hal ini untuk menjamin bahwa sediaan memiliki efek farmakologis yang baik.

3.      Parameter pengujian sifat fisik gel antara lain uji homogenitas, uji organoleptis, uji pH, uji daya sebar, dan uji daya proteksi.

4.      Formula krim memiliki organoleptis yang dapat diterima yaitu berbentuk berbentuk setengah padat, berwarna putih, berbau harum dan bertekstur lembut dan lengket.

5.      Formula gel memiliki homogenitas yang tidak memenuhi syarat.

6.      pH gel yang diukur bersifat asam.

7.      Formulasi gel daya sebarnya cukup luas dengan daya sebar terbesar dengan beban cawan dan anak timbang 200 g adalah 4,85cm.

8.      Perlindungan dari gel bersifat baik yaitu lebih dari 5 menit.

 

VIII.       DAFTAR PUSTAKA

 

1.      Anonim. 2004. Ilmu Resep Teori jilid III. Pusdinakes  Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta

2.      Anonim.2015. Farmakope Indonesia Edisi V. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

3.      Ansel.(1989). Pengantar Bentuk SediaanFarmasi. Edisi IV. Universitas Indonesia Press : Jakarta.

4.       Mukhlishah, N.R.I., Sugihartini, N., Yuwono, Tedjo,. 2016. Daya Iritasi dan Sifat Fisik Sediaan Salep Minyak Atsiri Bunga Cengkeh ( Syzigium aromaticum) pada Basis Hidrokarbon. Majalah Farmaseutik, Vol. 12 No. 1 Tahun 2016-UAD

 

5.      Naibaho, D.H., Yamkan, V,Y., Weni, Wiyono,. 2013. Pengaruh Basis Salep Terhadap Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Kemangi (Ocinum sanchum L.) pada Kulit Punggung Kelinci yang dibuat Infeksi Staphylococcus aureus. Jurnal ilmiah Farmasi – UNSRAT.

 

6.      Rahmawati, F.,Yetti. Uji Kontrol Kualitas Sediaan Salep Getah Pepaya (Carica papaya) menggunakan Basis Hidrokarbon. Prodi D3 Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten.

 

IX.             LAMPIRAN

1.      Hasil Praktikum

2.      Gambar alat

 

No
Gambar
Nama dan Fungsi
1.
Timbangan digital
Untuk menimbang bahan
 
2
Mortir dan stamper
Untuk menghaluskan dan mencampur bahan
3
Cawan petri
Untuk uji daya sebar
4
Anak timbangan
Membantu uji daya sebar
5
Beker glass
Untuk mengukur cairan