Minggu, 18 Desember 2016

TEKFAR KRIM


KRIM

I.                   TUJUAN

Mengetahui kontrol kualitas sediaan krim meliputi organoleptis, uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya proteksi, dan penentuan tipe krim.

II.                DASAR TEORI

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi relatif cair diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Sekarang ini batas tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika. Krim dapat digunakan untuk pemberian obat melalui vaginal. (Anonim, 2015)

Krim merupakan salah satu jenis basis salep yang merupakan sediaan setengah padat mengandung tidak kurang dari 60 % air, dimaksudkan untuk pemakaian luar. Tipe krim dapat berupa krim tipe air dalam minyak (a/m) dan krim minyak dalam air (m/a). Untuk membuat krim digunakan zat pengemulsi berupa surfaktan. Untuk penstabilan kkri ditambah zat antioksidan dan zat pengawet. (Anief, 1997)

Menurut Seno dkk (2004) Kualitas dasar salep yang baik adalah:

1.    Stabil, selama dipakai harus bebas dari inkompatibilitas, tidak terpengaruh oleh suhu dan kelembaban kamar.

2.    Lunak, semua zat yang ada dalam salep harus dalam keadaan halus, dan seluruh produk harus lunak dan homogen.

3.    Mudah dipakai

4.    Dasar salep yang cocok

5.    Dapat terdistribusi merata

Pembuatan krim adalah dengan melebur bagian berlemak diatas tangas air, kemudian tambahkan air dan zat pengemulsi dalam keadaan sama-sama panas, aduk sampai terjadi suatu campuran yang berbentuk krim. (Seno dkk, 2004)

Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat keras atau obat narkotika, kadar bahan obat adalah 10%. Salep jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen. (Anief,1999)

Evaluasi terhadap sifat fisik dan sifat iritatif pada sediaan topikal perlu dilakukan. Hal ini untuk menjamin bahwa sediaan memiliki efek farmakologis yang baik dan tidak mengiritasi kulit ketika digunakan. Sifat fisik sediaan mempengaruhi tercapainya efek farmakologis sesuai yang diharapkan. Parameter pengujian sifat fisik salep antara lain uji daya sebar, daya lekat, dan pH (Naibaho dkk., 2013).

Vanishing cream umumnya berupa emulsi minyak dalam air, mengandung air dalam prosentase besar dan asam stearat. Setelah penggunaan krim, air menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat yang tipis. Sediaan krim lebih disukai karena lebih menyebar rata dan lebih mudah dibersihkan dengan air daripada sediaan salep. (Ansel, 1989)

            Salah satu cara membedakan tipe emulsi menurut Seno dkk (2004) adalah dengan pewarnaan. Zat warna akan tersebar rata dalam emulsi apabila zat tersebut larut dalam fase external dari emulsi tersebut. Misalnya  (dilihat dibawah mikroskop)

-          Emulsi + larutan Sudan III dapat memberi warna merah pada emulsi tipe w/o, karena sudan III larut dalam minyak

-          Emulsi +  larutan metilen blue  dapat memberi warna biru pada emulsi tipe o/w karena metilen blue larut dalam air.

   Kloramfenikol. Pemerian : Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan; Larutan praktis netral terhadap lakmus P; stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam. Kelarutan : Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam propilen glikol, dalam aseton dan dalam etil asetat. (Anonim, 2015)

 

III.             ALAT DAN BAHAN

1.      Alat :

Cawan petri
Timbangan digital
Kertas saring
Stopwatch
Pipet tetes
Anak timbangan 0,5 kg
Mortir dan stamper
Kertas lakmus
Objek glass
 

2.      Bahan

Kloramfenikol
Aquadest
Nipagin
Ol roseae
Trietanolamin
Asam Stearat
Adeps lanae
Larutan KOH
Parafin cair
Parafin cair

 

IV.             CARA KERJA

1.      Pembuatan krim kloramfenikol

 
 
Digerus kloramfenikol dan nipagin sampai dingin dan homogen
 
Ditambah sedikit air, homogenkan
 
Dibuat basis krim dengan memanaskan asam stearat, TEA, adeps lanae, paraffin cair, dan sebagian air di atas penangas air sampai lebur sempurna
 
Dicampur kedua bahan dalam lumpang panas
 
Ditambah ol Rosae aduk hingga homogen
 
.Dilihat evaluasi.
1.      Uji organoleptis
Diamati organoleptis dari krim meliputi bentuk, warna, bau dan tekstur.
 
Dicatat dalam data pengamatan
2.      Uji homogenitas
Diamati homogenitas dari krim yang dioleskan pada onjek glass.
 
Dicatat dalam data pengamatan
 
 
 
 
 
3.      Uji daya sebar
Diambil 0,5 g krim diletakkan pada tengah cawan petri
 
Ditimpakan pada basis salep cawan petri lain yang telah ditimbang
 
Diamati diameter krim yang menyebar setelah didiamkan selama 1 menit
 
Ditambah beban sebanyak 50 g
 
Diamati diameter krim yang menyebar setelah didiamkan selama 1 menit
 
Diulangi prosedur tersebut sebanyak 3 kali
 
4.      Uji daya proteksi
Disiapkan kertas saring bersih dan dibasahi indikator PP
 
Diolesi dengan krim
 
Disiapkan kertas saring lain yang telah dibatasi dengan parafin padat yang dicairkan
 
Ditutup kertas saring berkrim dengan kertas saring berparafin
 
Bagian kertas saring berparafin ditetesi dengan KOH 0,1 N
 
Diamati  lama waktu kertas berkrim berwarna merah.
 
5.      Uji tipe krim
Diletakkan sedikit sampel krim pada objek glass
 
Ditetesi dengan larutan metilen blue
 
Diamati di bawah mikroskop
 
 
 
 

 

 

V.                DATA PENGAMATAN

1.      Formula

Tiap 10 g Krim mengandung
 
Bahan
Jumlah
 
 
Kloramfenikol
1,5 g
 
 
Nipagin
0,10%
 
 
TEA
0,15 g
 
 
Adeps lanae
0,3 g
 
 
Parafin
2,55 g
 
 
Aqua
5, 15 g
 
 
Ol Rosae
q.s
 
 
Asam Stearat
1, 55 g
 

2.      Penimbangan

Bahan
Perhitungan
Penimbangan
Kloramfenikol
1,5 g
1,5 g
Nipagin
0,1% x 10 g
0,01 g
TEA
0,15 g
0,15 g
Adeps lanae
0,3 g
0,3 g
Parafin
2,55 g
2,55 g
Aqua
5, 15 g
ad 10 g
Ol Rosae
q.s
q.s
Asam Stearat
1, 55 g
1, 55 g

 

3.      Uji Organoleptis

Organoleptis
Hasil
Bentuk
Setengah padat
Warna
Putih
Bau
Bau bunga mawar
Tekstur
Lembut

 

4.      Uji homogenitas

Syarat
Hasil
Kesimpulan
Susunan homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar
Susunan homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar
Memenuhi syarat

 

 

 

5.      Uji daya sebar

Beban
Diameter
cawan petri  35,979 g
2.44 cm
+ 50 g
2.93 cm
+ 100 g
3.41 cm
+ 150 g
3.60 cm
+ 200 g
3.845 cm

 

 

6.      Uji daya proteksi

Basis
Waktu
Keterangan
Krim
Lebih dari 5 menit
Baik

 

 

7.      Uji tipe krim

Metilen blue tidak tersebar dan tidak bercampur dengan basis.

VI.             PEMBAHASAN

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang umumnya berupa emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air. Produk ini lebih disukai karena dapat dicuci dengan air dan lebih ditujukan untuk penggunaan kosmetika dan estetika.

Dalam formulasi krim terdiri bahan obat dalam hal ini dipakai kloramfenikol yang berkhasiat sebagai antibiotik, basis dan bahan tambahan. Basis krim terdiri dari paraffin cair sebagai fase minyak, air, dan emulgator yaitu adeps lanae, trietanolamin dan asam stearat. Bahan tambahan oleum rosae untuk memberi bau harum dan nipagin sebagai pengawet karena krim mengandung air yang cukup banyak yang merupakan media pertumbuhan mikroba.

Evaluasi terhadap sifat fisik pada sediaan topikal perlu dilakukan. Hal ini untuk menjamin bahwa sediaan memiliki efek farmakologis yang baik dan tidak mengiritasi kulit ketika digunakan. Sifat fisik sediaan mempengaruhi tercapainya efek farmakologis sesuai yang diharapkan. Parameter pengujian sifat fisik krim antara lain uji organoleptis, uji homogenitas, uji daya sebar, uji daya proteksi, dan uji tipe krim.

 Pengamatan organoleptis dari sediaan dilakukan dengan mengamati bentuk, warna, bau dan tekstur sediaan. Formulasi krim di atas memiliki organoleptis yang dapat diterima yaitu berbentuk setengah padat, berwarna putih, berbau seperti bunga mawar dan bertekstur lembut.

Pemeriksaan homogenitas dilakukan dengan kaca objek. Pengujian dilakukan dengan cara mengoleskan sejumlah krim pada permukaan objek glass kemudian ditutup dengan objek glass lain. Suatu sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat butiran kasar. Krim pada percobaan kali ini memenuhi syarat.

Uji daya sebar pada krim dilakukan untuk melihat kemampuan sediaan menyebar pada kulit, dimana suatu basis krim sebaiknya memiliki daya sebar yang baik untuk menjamin pemberian bahan obat yang baik. Hasil uji menunjukkan bahwa peningkatan beban akan memperluas daya sebar sehingga luas area penyebaran krim meningkat. Daya sebar dari krim dapat dilihat pada grafik berikut :


 

Pengujian Daya Proteksi krim dilakukan untuk mengetahui kemampuan krim untuk melindungi kulit dari pengaruh luar seperti asam, basa, debu, polusi dan sinar matahari. Pengujian daya proteksi krim dilakukan dengan KOH 0,1 N. Pada pengujian daya proteksi menggunakan KOH 0,1 N yang bersifat basa kuat dimana KOH 0,1 N mewakili zat yang dapat mempengaruhi efektivitas kerja krim terhadap kulit KOH 0,1 N akan bereaksi dengan phenoftalein yang akan membentuk warna merah muda, yang berarti krim tidak mampu memberikan proteksi terhadap pengaruh luar, sediaan krim yang baik seharusnya mampu memberikan proteksi terhadap semua pengaruh luar yang ditandai dengan tidak munculnya noda merah pada kertas saring yang ditetesi dengan KOH 0,1 N dapat mempengaruhi efektifitas krim tersebut terhadap kulit. Dari hasil percobaan perlindungan dari Formula krim di atas lebih dari 5 menit maka dapat disimpulkan krim memiliki daya proteksi yang baik. Efek proteksi dari krim terjadi karena terbentuknya lapisan tipis stearat saat air dalam krim yang dioleskan menguap.

Uji tipe krim digunakan untuk mengetahui apakah tipe krim yang dibuat sesuai dengan tujuan pembuatan krim. Dari fomulasi diketahui fase air lebih banyak dan emulgator stearat dan TEA yang merupakan emulgator tipe m/a lebih banyak daripada adeps lanae yang bertipe a/m sehingga krim dibuat agar terjadi emulsi tipe minyak dalam air. Uji tipe krim dilakukan dengan indikator larutan metilen blue dan diamati di bawah mikroskop. Metilen blue bersifat larut dalam air dan tidak larut dalam minyak. Bila Metilen blue tersebar merata maka krim bertipe m/a begitu pula sebaliknya. Dari hasil percobaan metilen blue tidak tersebar merata sehingga formulasi bertipe a/m.  

 

VII.          KESIMPULAN

1.      Evaluasi terhadap sifat fisik pada sediaan topikal perlu dilakukan. Hal ini untuk menjamin bahwa sediaan memiliki efek farmakologis yang baik.

2.      Parameter pengujian sifat fisik krim antara lain uji homogenitas, uji organoleptis, uji daya sebar, daya proteksi, dan uji tipe krim.

3.      Formula krim memiliki organoleptis yang dapat diterima yaitu berbentuk berbentuk setengah padat, berwarna putih, berbau seperti bunga mawar dan bertekstur lembut.

4.      Formula krim memiliki homogenitas yang memenuhi syarat.

5.      Formulasi krim daya sebarnya cukup luas dengan daya sebar terbesar dengan beban cawan dan anak timbang 200 g adalah 3,845 cm.

6.      Perlindungan dari krim bersifat baik yaitu lebih dari 5 menit.

7.      Tipe krim diharapkan bertipe m/a tapi setelah diuji krim bertipe a/m.

 

 

VIII.       DAFTAR PUSTAKA

 

1.      Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat. Cetakan ke-9.Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

2.      Anonim. 2004. Ilmu Resep Teori jilid III. Pusdinakes  Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta

3.      Anonim.2015. Farmakope Indonesia Edisi V. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

4.      Ansel.(1989). Pengantar Bentuk SediaanFarmasi. Edisi IV. Universitas Indonesia Press : Jakarta.

5.       Mukhlishah, N.R.I., Sugihartini, N., Yuwono, Tedjo,. 2016. Daya Iritasi dan Sifat Fisik Sediaan Salep Minyak Atsiri Bunga Cengkeh ( Syzigium aromaticum) pada Basis Hidrokarbon. Majalah Farmaseutik, Vol. 12 No. 1 Tahun 2016-UAD

 

6.      Naibaho, D.H., Yamkan, V,Y., Weni, Wiyono,. 2013. Pengaruh Basis Salep Terhadap Formulasi Sediaan Salep Ekstrak Daun Kemangi (Ocinum sanchum L.) pada Kulit Punggung Kelinci yang dibuat Infeksi Staphylococcus aureus. Jurnal ilmiah Farmasi – UNSRAT.

 

7.      Rahmawati, F.,Yetti. Uji Kontrol Kualitas Sediaan Salep Getah Pepaya (Carica papaya) menggunakan Basis Hidrokarbon. Prodi D3 Farmasi STIKES Muhammadiyah Klaten.

 

IX.             LAMPIRAN

1.      Hasil Praktikum

2.      Gambar alat

 

 

 

No
Gambar
Nama dan Fungsi
1.
Timbangan digital
Untuk menimbang bahan
 
2
Mortir dan stamper
Untuk menghaluskan dan mencampur bahan
3
Cawan petri
Untuk uji daya sebar
4
Anak timbangan
Membantu uji daya sebar
5
Mikroskop
Untuk melihat tipe krim dengan perbesaran.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar