Minggu, 18 Desember 2016

SUPOSITORIA PEG


Suppositoria


     Dr. M Walid

    SIP :  123/ix/2015

Jl.  Farma no 56

 


R/        Sulfamerazin              1

            PEG                            q.s

            Mf la suppositoria dtd no II

            S prn 1 dd no I

                                   

            Pro :  Susi (30 th)

 

I.                   Tujuan :

 Membuat suppositoria dengan basis PEG dan bahan aktif sulfamerazin.

II.                Dasar Teori :

      Supositoria adalah sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Supositoria dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar supositoria yang umum digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi, campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak polietilen glikol. (Anonim, 2015)

Keuntungan penggunaan obat (Anonim, 2015) dalam Suppositoria dibanding  peroral, yaitu

1.      Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung.

2.      Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzym pencernaan dan asam lambung.

3.      Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah sehingga obat dapat berefek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral.

4.      Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar.

 

Faktor fisika-kimia dari obat dan basis (Anonim, 2015) :

a.           Kelarutan obat : Obat yang mudah larut dalam lemak akan lebih cepat terabsorpsi dari pada obat yang larut dalam air.

b.           Kadar obat dalam basis : bila kadar obat naik maka absorpsi obat  makin cepat.

c.           Ukuran partikel : ukuran partikel obat akan mempengaruhi kecepatan larut dari obat ke cairan rektal.         

d.          Basis Suppositoria : Obat  yang larut  dalam air dan berada  dalam basis lemak  dilepas segera ke cairan rektal bila basis cepat  melepas setelah masuk ke dalam rektum, dan obat akan segera diabsorpsi dan aksi kerja awal obat akan segera nyata. Obat yang larut dalam air dan berada dalam basis larut dalam air, aksi kerja awal dari obat akan segera nyata bila basis tadi segera larut dalam air.

          Vaginal Suppositoria (Ovula), bentuk bola lonjong seperti kerucut, digunakan lewat vagina, berat umumnya 5 g. Menurut FI.ed.IV, Suppositoria vaginal  dengan bahan dasar yang dapat larut / bercampur dalam air seperti PEG atau gelatin tergliserinasi  berbobot  5 g. Supositoria dengan bahan dasar gelatin tergliserinasi  (70 bag. gliserin, 20 bag. gelatin dan 10 bag. Air, harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya pada suhu dibawah 350 C.


-    mempunyai titik lebur 350 - 630

-    tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam cairan sekresi tubuh

-    Formula yang dipakai :

§   bahan dasar tidak berair:PEG 4000 4 % ( 25 % ) dan PEG 1000 96 % (75 % )

§   bahan dasar berair :PEG 1540 30 %,  PEG 6000 50 %  dan  Aqua+Obat 20 %

Keuntungan :

§   tidak mengiritasi / merangsang

§   dapat disimpan diluar lemari es

§   tidak ada kesulitan dengan titik leburnya, jika dibanding Ol.Cacao.

§   tetap kontak dengan lapisan mokosa karena tidak meleleh pada suhu tubuh

Kerugian :

§   menarik cairan dari jaringan tubuh setelah dimasukkan, sehingga terjadi rasa yang menyengat. Hal ini dapat diatasi dengan cara mencelupkan Suppositoria ke dalam air sebelum digunakan. Pada etiket Supositoria ini harus tertera petunjuk " Basahi dengan air sebelum digunakan ".

§   dapat memperpanjang waktu disolusi sehingga menghambat pelepasan obat.

-    PEG merupakan polimerisasi etilenglikol dengan berat molekul antara 300 - 6000 Dalam perdagangan terdapat : PEG 400 (Carbowax 400), PEG 1000 (carbowax 1000), PEG 1500  (carbowax 1500), PEG 4000    (carbowax 4000), PEG 6000 (carbowax 6000). PEG di bawah 1000 berbentuk cair, sedangkan di atas 1000 berbentuk padat lunak seperti malam.

-    PEG sesuai untuk obat antiseptik. Jika diharapkan bekerja secara sistemik , lebih baik menggunakan bentuk ionik dari pada nonionik agar diperoleh ketersediaan hayati yang maksimum. Meskipun bentuk nonionik dapat dilepaskan dari bahan dasar yang dapat bercampur dengan air seperti gelatin tergliserinasi atau PEG, tetapi cenderung sangat lambat larut sehingga dapat menghambat pengelepasan obat.

-  Pembuatan Suppositoria dengan PEG dilakukan dengan melelehkan bahan dasar lalu dituangkan ke dalam cetakan seperti pembuatan Suppositoria dengan bahan dasar lemak coklat.

  Poli Etilen Glikol (PEG)

Pemerian. Umumnya ditentukan dengan bilangan yang menunjukkan bobot molekul rata-rata. Bobot molekul rata-rata menambah kelarutan dalam air, tekanan uap, higroskopisitas, dan mengurangi kelarutan dalam pelarut organik, suhu beku, berat jenis, suhu nyala dan naiknya kekentalan. Bentuk cair umumnya jernih dan berkabut, cairan kental, tidak berwarna atau praktis tidak berwarna, agak higroskopik, bau khas lemah. Bobot jenis pada suhu 25º lebih kurang 1,12. Bentuk padat biasanya praktis tidak berbau dan tidak berasa, putih, licin seperti plastik mempunyai konsistensi

seperti malam, serpihan butiran atau serbuk, putih gading. Pada tabel di bawah ini menunjukkan suhu beku rata-rata, sesuai sifat pada umumnya dari masing-masing mutu.

Bobot molekul nominal
polietilen glikol
 
Suhu beku rata-rata
oC
300
-11
400
6
600
20
900
34
1000
38
1450
44
3350
56
4500
58
8000
60
 
 

Kelarutan Bentuk cair bercampur dengan air, bentuk padat mudah larut dalam air, larut dalam aseton, dalam etanol 95%, dalam kloroform, dalam etilen glikol monoetil eter, dalam etil asetat dan dalam toluen; tidak larut dalam eter dan dalam heksan.

 

III.             Permasalahan :

        Sulfamerazin berfungsi sebagai Antimikroba pemakaiannya harus rutin dalam signa tertulis bila perlu maka anjuran bila perlu diilangkan.

IV.             Formula Baku :

 

V.                Perhitungan :

No
Nama Bahan
Perhitungan
Jumlah Penimbangan
1.
Sulfamerazin
1 x 3
3 g
2
PEG 400
4 % x (9 g – 3g)
0,24 g
3
PEG 6000
96  x (9 g – 3g)
5,76 g

 

VI.             Cara Pembuatan :

1.       Ditimbang dan haluskan Sulfamerazin

2.      Ditimbang dan dilebur di atas penangas air PEG 6000 dan PEG 400.

3.      Dicampurkan Sulfamerazin dalam lelehan basis sampai hmogen.

4.      Dimasukkan ke dalam cetakan suppositoria yang telah diolesi gliserin.

5.      Ditunggu sampai keras dan dingin.

6.      Dimasukkan ke dalam kulkas selama 5 menit.

7.      Dikeluarkan dari dalam kulkas dan cetakan.

8.      Ditimbang tiap suppositoria ad 3 gram tiap suppositoria.

 

VII.          Etiket :

Warna        : Biru

Signa         : Sehari sekali pakai 1 suppositoria

Label         : Dicelupkan dalam air sebelum dipakai

 

 

 

VIII.       Pembahasan

        Formula resep adalah sulfamerazin sebagai antiseptik lokal untuk jamur pada saluran kemih dalam hal ini vagina karena pasien adalah seorang perempuan. Bahan dasar yang cocok untuk pembuatan suppositoria vagina adalah PEG atau Gliserin gelatin karena basis suppositoria dalam melarut perlahan dalam cairan tubuh sehingga memperlama kontak obat dengan bagian tubuh dimana obat tersebut berada. Dalam hal ini bahan yang dipakai adalah PEG.

        Keuntungan basis PEG adalah penentuan waktu pelepasan obat. PEG berat molekul rendah memiliki bentuk cair sedangkan berat molekul tinggi memiliki benttuk padat. Pengaturan waktu pelepasan obat dengan kombinasi dari kedua jenis PEG. Bila dikehendaki cepat lepas dipakai kombinasi PEG yang berat molekul rendah lebih banyak ( 96 : 4 ) sebaliknya bila dikehendaki lepas lambat dipakai PEG dengan berat molekul tinggi yang lebih banyak.

        Basis PEG cocok untuk obat untuk fungsi lokal seperti sulfamerazin yang aktivitasnya sebagai antiseptik lokal. Karena sulfamerazin sukar larut dalam air maka sulfamerazin disuspensikan dalam basis PEG yang telah dicairkan. Setelah dicetak supposittoria yang telah jadi ditimbang 3 g tiap suppositoria.

        Dalam pengujian hasil jadi dilihat konsistensi suppositoria keras dan terlihat homogen tidak terlihat partikel kasar.              

IX.             Kesimpulan :

Suppositoria Sulfamerazin berfungsi sebagai antiseptik lokal.

X.                Daftar Pustaka :

1.      Anief, Moh, 1997, Ilmu Meracik Obat,Gajah Mada University Press : Yogyakarta.

2.      Anonim, 2015, Farmakope Indonesia edisi V, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta

3.      Anonim, 2004, Ilmu Resep Teori jilid III, Pusdinakes  Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar