Suppositoria
Dr. M Walid
SIP : 123/ix/2015
Jl. Farma no 56
R/ Sulfamerazin 1
PEG q.s
Mf la suppositoria dtd no II
S prn 1 dd no I
Pro
: Susi (30 th)
I.
Tujuan :
Membuat suppositoria dengan basis PEG dan
bahan aktif sulfamerazin.
II.
Dasar Teori :
Supositoria adalah sediaan padat
dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rektal, vagina atau
uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh. Supositoria
dapat bertindak sebagai pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat
terapetik yang bersifat lokal atau sistemik. Bahan dasar supositoria yang umum
digunakan adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati
terhidrogenasi, campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul dan ester
asam lemak polietilen glikol. (Anonim, 2015)
Keuntungan
penggunaan obat (Anonim, 2015) dalam Suppositoria dibanding peroral, yaitu
1.
Dapat menghindari
terjadinya iritasi pada lambung.
2.
Dapat menghindari
kerusakan obat oleh enzym pencernaan dan asam lambung.
3.
Obat dapat masuk
langsung dalam saluran darah sehingga obat dapat berefek lebih cepat daripada
penggunaan obat peroral.
4.
Baik bagi pasien
yang mudah muntah atau tidak sadar.
Faktor fisika-kimia dari obat dan basis (Anonim, 2015) :
a.
Kelarutan obat :
Obat yang mudah larut dalam lemak akan lebih cepat terabsorpsi dari pada obat
yang larut dalam air.
b.
Kadar obat dalam
basis : bila kadar obat naik maka absorpsi obat
makin cepat.
c.
Ukuran partikel :
ukuran partikel obat akan mempengaruhi kecepatan larut dari obat ke cairan rektal.
d.
Basis Suppositoria
: Obat yang larut dalam air dan berada dalam basis lemak dilepas segera ke cairan rektal bila basis
cepat melepas setelah masuk ke dalam
rektum, dan obat akan segera diabsorpsi dan aksi kerja awal obat akan segera
nyata. Obat yang larut dalam air dan berada dalam basis larut dalam air, aksi
kerja awal dari obat akan segera nyata bila basis tadi segera larut dalam air.
Vaginal
Suppositoria (Ovula), bentuk bola lonjong
seperti kerucut, digunakan lewat vagina, berat umumnya 5 g. Menurut FI.ed.IV,
Suppositoria vaginal dengan bahan dasar
yang dapat larut / bercampur dalam air seperti PEG atau gelatin
tergliserinasi berbobot 5 g. Supositoria dengan bahan dasar gelatin
tergliserinasi (70 bag. gliserin, 20
bag. gelatin dan 10 bag. Air,
harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya pada suhu dibawah 350
C.
Suppositoria
dengan bahan dasar PEG (Polietilenglikol)
- mempunyai
titik lebur 350 - 630
- tidak
meleleh pada suhu tubuh tetapi larut
dalam cairan sekresi tubuh
- Formula
yang dipakai :
§ bahan dasar tidak berair:PEG
4000 4 % ( 25 % ) dan PEG 1000 96 % (75 % )
§ bahan dasar berair :PEG
1540 30 %, PEG 6000 50 % dan
Aqua+Obat 20 %
Keuntungan
:
§ tidak
mengiritasi / merangsang
§ dapat
disimpan diluar lemari es
§ tidak
ada kesulitan dengan titik leburnya, jika dibanding Ol.Cacao.
§ tetap
kontak dengan lapisan mokosa karena tidak meleleh pada suhu tubuh
Kerugian
:
§
menarik cairan dari
jaringan tubuh setelah dimasukkan, sehingga terjadi rasa yang menyengat. Hal
ini dapat diatasi dengan cara mencelupkan Suppositoria ke dalam air sebelum
digunakan. Pada etiket Supositoria ini
harus tertera petunjuk " Basahi dengan air sebelum digunakan ".
§
dapat memperpanjang
waktu disolusi sehingga menghambat pelepasan obat.
- PEG
merupakan polimerisasi etilenglikol dengan berat molekul antara 300 - 6000
Dalam perdagangan terdapat : PEG 400 (Carbowax 400), PEG 1000 (carbowax 1000),
PEG 1500 (carbowax 1500), PEG 4000 (carbowax 4000), PEG 6000 (carbowax 6000).
PEG di bawah 1000 berbentuk cair, sedangkan di atas 1000 berbentuk padat lunak
seperti malam.
- PEG
sesuai untuk obat antiseptik. Jika
diharapkan bekerja secara sistemik , lebih baik menggunakan bentuk ionik dari pada nonionik agar
diperoleh ketersediaan hayati yang maksimum. Meskipun bentuk nonionik dapat
dilepaskan dari bahan dasar yang dapat bercampur dengan air seperti gelatin
tergliserinasi atau PEG, tetapi cenderung sangat lambat larut sehingga dapat
menghambat pengelepasan obat.
- Pembuatan
Suppositoria dengan PEG dilakukan dengan melelehkan bahan dasar lalu dituangkan
ke dalam cetakan seperti pembuatan Suppositoria dengan bahan dasar lemak
coklat.
Poli Etilen Glikol
(PEG)
Pemerian. Umumnya
ditentukan dengan bilangan yang menunjukkan bobot molekul rata-rata. Bobot
molekul rata-rata menambah kelarutan dalam air, tekanan uap, higroskopisitas,
dan mengurangi kelarutan dalam pelarut organik, suhu beku, berat jenis, suhu
nyala dan naiknya kekentalan. Bentuk cair umumnya jernih dan berkabut, cairan
kental, tidak berwarna atau praktis tidak berwarna, agak higroskopik, bau khas
lemah. Bobot jenis pada suhu 25º lebih kurang 1,12. Bentuk padat biasanya
praktis tidak berbau dan tidak berasa, putih, licin seperti plastik mempunyai
konsistensi
seperti malam,
serpihan butiran atau serbuk, putih gading. Pada tabel di bawah ini menunjukkan
suhu beku rata-rata, sesuai sifat pada umumnya dari masing-masing mutu.
Bobot molekul
nominal
polietilen glikol
|
Suhu beku
rata-rata
oC
|
300
|
-11
|
400
|
6
|
600
|
20
|
900
|
34
|
1000
|
38
|
1450
|
44
|
3350
|
56
|
4500
|
58
|
8000
|
60
|
|
|
Kelarutan Bentuk
cair bercampur dengan air, bentuk padat mudah larut dalam air, larut dalam
aseton, dalam etanol 95%, dalam kloroform, dalam etilen glikol monoetil eter,
dalam etil asetat dan dalam toluen; tidak larut dalam eter dan dalam heksan.
III.
Permasalahan :
Sulfamerazin
berfungsi sebagai Antimikroba pemakaiannya harus rutin dalam signa tertulis
bila perlu maka anjuran bila perlu diilangkan.
IV.
Formula Baku :
V.
Perhitungan :
No
|
Nama Bahan
|
Perhitungan
|
Jumlah Penimbangan
|
1.
|
Sulfamerazin
|
1 x 3
|
3 g
|
2
|
PEG 400
|
4 % x (9 g – 3g)
|
0,24 g
|
3
|
PEG 6000
|
96 x (9 g – 3g)
|
5,76 g
|
VI.
Cara Pembuatan :
1. Ditimbang dan haluskan Sulfamerazin
2. Ditimbang dan dilebur di atas penangas air PEG 6000 dan
PEG 400.
3. Dicampurkan Sulfamerazin dalam lelehan basis sampai
hmogen.
4. Dimasukkan ke dalam cetakan suppositoria yang telah
diolesi gliserin.
5. Ditunggu sampai keras dan dingin.
6. Dimasukkan ke dalam kulkas selama 5 menit.
7. Dikeluarkan dari dalam kulkas dan cetakan.
8. Ditimbang tiap suppositoria ad 3 gram tiap suppositoria.
VII.
Etiket :
Warna : Biru
Signa : Sehari sekali pakai 1 suppositoria
Label : Dicelupkan dalam air sebelum dipakai
VIII. Pembahasan
Formula
resep adalah sulfamerazin sebagai antiseptik lokal untuk jamur pada saluran
kemih dalam hal ini vagina karena pasien adalah seorang perempuan. Bahan dasar
yang cocok untuk pembuatan suppositoria vagina adalah PEG atau Gliserin gelatin
karena basis suppositoria dalam melarut perlahan dalam cairan tubuh sehingga
memperlama kontak obat dengan bagian tubuh dimana obat tersebut berada. Dalam
hal ini bahan yang dipakai adalah PEG.
Keuntungan
basis PEG adalah penentuan waktu pelepasan obat. PEG berat molekul rendah memiliki
bentuk cair sedangkan berat molekul tinggi memiliki benttuk padat. Pengaturan
waktu pelepasan obat dengan kombinasi dari kedua jenis PEG. Bila dikehendaki
cepat lepas dipakai kombinasi PEG yang berat molekul rendah lebih banyak ( 96 :
4 ) sebaliknya bila dikehendaki lepas lambat dipakai PEG dengan berat molekul
tinggi yang lebih banyak.
Basis PEG
cocok untuk obat untuk fungsi lokal seperti sulfamerazin yang aktivitasnya
sebagai antiseptik lokal. Karena sulfamerazin sukar larut dalam air maka
sulfamerazin disuspensikan dalam basis PEG yang telah dicairkan. Setelah
dicetak supposittoria yang telah jadi ditimbang 3 g tiap suppositoria.
Dalam pengujian
hasil jadi dilihat konsistensi suppositoria keras dan terlihat homogen tidak
terlihat partikel kasar.
IX.
Kesimpulan :
Suppositoria Sulfamerazin
berfungsi sebagai antiseptik lokal.
X.
Daftar Pustaka :
1. Anief, Moh, 1997, Ilmu Meracik Obat,Gajah Mada University
Press : Yogyakarta.
2. Anonim, 2015, Farmakope Indonesia edisi V, Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia : Jakarta
3. Anonim, 2004, Ilmu Resep Teori jilid III, Pusdinakes Departemen Kesehatan Republik Indonesia :
Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar